This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 17 April 2013

CARA MEMBACA MULTIMETER / AVOMETER ANALOG

CARA MEMBACA MULTIMETER / AVOMETER ANALOG
Hy Reader, Pada tutorial hari ini saya ingin membahas lebih lengkap mengenai Cara Mudah Untuk Membaca Alat Ukur Listrik Multimeter / Avometer Analog
Kali ini saya mencoba membuat tutorialnya dalam bahasa yang lebih singkat dan sederhana sehingga saya berharap dapat lebih mudah untuk di pahami.
Sebelum masuk lebih jauh mengenai cara mengukur besaran listrik seperti Tegangan (Volt), Arus (Ampere), dan Tahanan (Ohm) ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu Multimeter atau Avometer.
Yang dimaksud Multimeter atau Avometer adalah Alat ukur Listrik yang memungkinkan kita untuk mengukur besarnya Besaran listrik yang ada pada suatu rangkaian baik itu Tegangan, Arus, maupun Nilai Hambatan/Tahanan. AVOmeter adalah singkatan dari Ampere Volt Ohm Meter, jadi hanya terdapat 3 komponen yang bisa diukur dengan AVOmeter sedangkan Multimeter , dikatakan multi sebab memiliki banyak besaran yang bisa di ukur, misalnya Ampere, Volt, Ohm, Frekuensi, Konektivitas Rangkaian (putus ato tidak), Nilai Kapasitif, dan lain sebagainya. Terdapat 2 (dua) jenis Multimeter yaitu Analog dan Digital, yang Digital sangat mudah pembacaannya disebabkan karena Multimeter digital telah menggunakan angka digital sehingga begitu melakukan pengukuran Listrik, Nilai yang diinginkan dapat langsung terbaca asalkan sesuai atau Benar cara pemasangan alat ukurnya.
Mari mengenal bagian-bagian Multimeter atau Avometer agar lebih memudahkan dalam memahami tulisan selanjutnya:
CARA MEMBAC A MULTIMETER
Bagian-Bagian Multimeter
Saya akan berikan sedikit penjelasan mengenai gambar di atas. Yang perlu untuk di perhatikan adalah :
  1. SEKRUP PENGATUR JARUM, Sekrup ini dapat di putar dengan Obeng atau plat kecil, Sekrup ini berfungsi mengatur Jarum agar kembali atau tepat pada posisi 0 (NOL), terkadang jarum tidak pada posisi NOL yang dapat membuat kesalahan pada pengukuran, Posisikan menjadi NOL sebelum digunakan.
  2. TOMBOL PENGATUR NOL OHM. Tombol ini hampir sama dengan Sekrup pengatur jarum, hanya saja bedanya yaitu Tombol ini digunakan untuk membuat jarum menunjukkan angka NOL pada saat Saklar pemilih di posisikan menunjuk SKALA OHM. Saat saklar pemilih pada posisi Ohm biasanya pilih x1 pada skala Ohm kemudian Hubungkan kedua ujung TERMINAL (Ujung terminal Merah bertemu dengan Ujung terminal Hitam) dan Lihat pada Layar penunjuk, Jarum akan bergerak ke KANAN (Disitu terdapat angka NOL (0), Putar tombol pengatur Nol Ohm sampai jarum menunjukkan angka NOL). Proses ini dinamakan KALIBRASI OhmMeter. Hal ini Muthlak dilakukan sebelum melakukan pengukuran tahanan (OHM) suatu komponen atau suatu rangkaian.
  3. SAKLAR PEMILIH. Saklar ini harus di posisikan sesuai dengan apa yang ingin di UKUR, misalnya bila ingin mengukur tegangan AC maka atur/putar saklar hingga menyentuh skala AC yang pada alat ukur tertulis ACV, Begitu pula saat mengukur tegangan DC, cari yang tertulis DCV, begitu seterusnya. Jangan Salah memilih Skala Pengukuran.
    Pada setiap bagian SKALA PENGUKURAN yang dipilih dengan Saklar Pemilih, terdapat Nilai-nilai yang tertera pada alat ukur, Misalnya Pada Skala Tegangan AC (tertulis ACV pada alat ukur) tertera skala 10, 50, 250, dan 750 begitu pula pada Skala Tegangan DC (tertulis DCV pada alat ukur) tertera skala 0.1 , 0.25 , 2.5 , 10 , dst. Apa maksud Skala ini?? Dan Bagaimana Memilihnya??
    Pedoman Memilih SKALA Pengukuran:
    Skala tersebut adalah skala yang akan digunakan untuk membaca hasil pengukuran, Semua skala dapat digunakan untuk membaca, Hanya saja tidak semua skala dapat memberikan atau memperlihatkan nilai yang diinginkan, misalnya kita mempunyai Baterai 9 Volt DC, kemudian kita mengatur SAKLAR PEMILIH untuk Memilih SKALA TEGANGAN DC pada posisi 2,5 dan menghubungkan TERMINAL Merah dengan positif (+) baterai dan Hitam dengan Negatif (-) baterai. Apa yang akan terjadi?? Jarum akan bergerak ke Ujung Kanan dan tidak menunjukkan angka 9Volt, Mengapa Demikian?? Sebab NILAI MAKSIMAL yang dapat diukur bila kita memposisikan Saklar Pemilih pada skala 2.5 adalah hanya 2.5 Volt saja, sehingga untuk mengukur Nilai 9Volt maka saklar harus di putar menuju Skala yang LEBIH BESAR sari NILAI Tegangan yang di Ukur, jadi Putar pada Posisi 10 dan Alat ukur akan menunjukkan nilai yang diinginkan.Penjelasan Lebih Lengkap Mengenai MEMBACA ALAT UKUR akan di Bahas selanjutnya pada tutorial ini.

ALAT UKUR LISTRIK HARUS DIPASANG DENGAN BENAR, Mengapa saya katakan Demikian??
Untuk melakukan suatu pengukuran listrik, Posisi alat ukur pada rangkaian juga Mesti dan Hal wajib yang harus di perhatikan agar pembacaan alat ukur tidak salah. Pemasangan Alat ukur yang salah /Tidak  benar memberikan hasil pengukuran yang TIDAK BENAR dan bukan kurang tepat, jadi ini sangat perlu di perhatikan. Mari kita melihat posisi alat ukur yang benar:
  1. Posisi alat ukur saat mengukur TEGANGAN (Voltage)
    Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka Alat ukur mesti di pasang Paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel adalah kedua terminal pengukur ( Umumnya berwarna Merah untuk positif (+) dan Hitam untuk Negatif (-) harus membentuk suatu titik percabangan dan bukan berjejer (seri) terhadap beban. Pemasangan yang benar dapat dilihat pada gambar berikut:
    Mengukur Tegangan dengan Multimeter
    Memasang Multimeter Paralel
  2. Posisi alat ukur saat mengukur ARUS (Ampere)
    Untuk melakukan pengukuran ARUS yang mesti diperhatikan yaitu Posisi terminal harus dalam kondisi berderetan dengan Beban, Sehingga untuk melakukan pengukuran arus maka rangkaian mesti di Buka / diputus / Open circuit dan kemudian menghubungkan terminal alat ukur pada titik yang telah terputus tersebut. Pemasanngan yang benar dapat dilihat pada gambar:
    Mengukur Ampere pada Multimeter
    Memasang Multimeter SERI
  3. Posisi alat ukur saat mengukur Hambatan (Ohm)
    Yang mesti diketahui saat pngukuran tahanan ialah JANGAN PERNAH MENGUKUR NILAI TAHANAN SUATU KOMPONEN SAAT TERHUBUNG DENGAN SUMBER. Ini akan merusak  alat ukur. Pengukurannya sangat mudah yaitu tinggal mengatur saklar pemilih ke posisi Skala OHM dan kemudian menghubungkan terminal ke kedua sisi komponen (Resistor) yang akan di ukur.
    Mengukur nilai Tahanan Resistor
    Memasang Multimeter untuk mengukur tahanan
Kali ini saya tidak akan membahas mengenai mengapa alat ukur di pasang paralel saat mngukur tegangan dan Seri pada saat mengukur Arus, sebab itu lebih kompleks kecuali ada yang membutuhkannya. Hal ini erat kaitannya dengan Rangkaian dalam suatu alat ukur.
Setelah mengetahui Cara mengatur Saklat Pemilih yang Benar, Mengetahui Jenis Skala yang akan digunakan, dan Cara pemasangan alat ukur yang benar, maka tiba saatnya kita melakukan Pengukuran Besaran Listrik.
MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) DC
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
  1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
  2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
  3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
  4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Tegangan yang anda ingin ukur, ACV untuk tegangan AC (bolak balik) dan DCV untuk tegangan DC (Searah).
  5. Posisikan SKALA PENGUKURAN pada nilai yang paling besar terlebih dahulu seperti 1000 atau 750 jika anda TIDAK TAHU berapa nilai tegangan maksimal yang mengalir pada rangkaian.
  6. Pasangkan alat ukur PARALEL terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
  7. Baca Alat ukur.
Cara Membaca Nilai Tegangan yang terukur:
  1. Misalkan Nilai tegangan yang akan diukur adalah 15 VOLT DC (Belum kita ketahui sebelumnya, itulah saya katakan Misalnya).
  2. Kemudian Kita memposisikan saklar pemilih pada posisi DCV dan memilih skala paling besar yang tertera yaitu 1000.  Nilai 1000 artinya Nilai tegangan yang akan diukur bisa mencapai 1000Volt.
  3. Saat memperhatikan Alat ukur maka Dalam Layar penunjuk jarum tidak terdapat skala terbesar 1000 yang ada hanya 0-10, 0-50, dan 0-250.  Maka Untuk memudahkan membaca perhatikan skala 0-10 saja.
  4. Skala penunjukan 0-10 berarti saat jarum penunjuk tepat berada pada angka 10 artinya nilai tegangan yang terukur adalah 1000 Volt, jika yang di tunjuk jarum adalah angka 5 maka nilai tegangan sebenarnya yang terukur adalah 500 Volt, begitu seterusnya.
  5. Kembali Pada Kasus no. 1 dimana nilai tegangan yang akan diukur adalah hanya 15 Volt sementara kita menempatkan saklar pemilih pada Posisi 1000, maka jarum pada alat ukur hanya akan bergerak sedikit sekali sehingga sulit bagi kita untuk memperkirakan berapa nilai tegangan sebenarnya yang terukur. Untuk itu Pindahkan Saklar Pemilih ke Nilai Skala yang dapat membuat Jarum bergerak lebih banyak agar nilai pengukuran lebih akurat.
  6. Misalkan kita menggeser saklar pemilih ke Posisi 10 pada skala DCV. Yang terjadi adalah, jarum akan bergerak dengan cepat ke paling ujung kanan. Hal ini disebabkan nilai tegangan yang akan di ukur LEBIH BESAR dari nilai Skala maksimal yang dipilih. Jika Hal ini di biarkan terus menerus maka alat ukur DAPAT RUSAK, Jika jarum alat ukur bergerak sangat cepat ke kanan, segera pisahkan alat ukur dari rangkaian dan ganti Skala SAKLAR PEMILIH ke posisi yang lebih Besar. Saat saklar Pemilih diletakkan pada angka 10 maka yang di perhatikan dalam layar penunjukan jarum adalah range skala 0-10, dan BUKAN 0-50 atau 0-250.
    Mengukur Nilai Tegangan rangkaian
    Multimeter Over, Awas Rusak
  7. Telah saya jelaskan bahwa saat memilih skala 10 untuk mengukur nilai tegangan yang lebih besar dari 10 maka nilai tegangan sebenarnya tidak akan terukur / diketahui. Solusinya adalah Saklar Pemilih di posisikan pada skala yang lebih besar dari 10 yaitu 50. Saat memilih Skala 50 pada skala tegangan DC (tertera DCV), maka dalam Layar Penunjukan Jarum yang mesti di perhatikan adalah range skala 0-50 dan BUKAN lagi 0-10 ataupun 0-250.
  8. Saat Saklar pemilih berada pada posisi 50 maka Jarum Penunjuk akan bergerak Tepat di tengah antara Nilai 10 dan 20 pada range skala 0-50 yang artinya Nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur bernilai 15 Volt.
    Perhatikan gambar berikut:
    Multimeter Tegangan benar
    Nilai tegangan Terlihat Benar
  9. Untuk mengetahui berapa nilai tegangan yang terukur dapat pula menggunakan RUMUS:
Rumus menghitung Nilai Multimeter
Jadi misalnya, tegangan yang akan di ukur 15 Volt maka:
Tegangan Terukur             = (50 / 50) x 15
Nilai Tegangan Terukur  = 15
Berikut saya akan berikan Contoh agar kita lebih mudah dalam memahaminya:
Contoh I.
Saat melakukan pengukuran ternyata Jarum Alat Ukur berada pada posisi seperti yang terlihat pada gambar:
Multimeter Scale
Berapakah Nilai tegangan DCV yang terukur saat Saklar Pemilih berada pada Posisi:
  1. 2.5
  2. 10
  3. 50
  4. 1000
Jawab:
  1. Skala saklar pemilih = 2.5
    Skala terbesar yang dipilih = 250
    Nilai yang ditunjuk jarum = 110 (perhatikan skala 0-250)
    Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
    Teg VDC = (2.5/250)x 110 = 1.1 Volt
  2. Skala saklar pemilih = 10
    Skala terbesar yang dipilih = 10
    Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
    Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
    Teg VDC = (10/10)x 4.4 = 4.4 Volt
  3. Skala saklar pemilih = 50
    Skala terbesar yang dipilih = 50
    Nilai yang ditunjuk jarum = 22 (perhatikan skala 0-50)
    Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
    Teg VDC = (50/50)x 22 = 22 Volt
  4. Skala saklar pemilih = 1000
    Skala terbesar yang dipilih = 10
    Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
    Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
    Teg VDC = (1000/10)x 4.4 = 440 Volt
MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) AC
  1. Untuk mengukur Nilai tegangan AC anda hanya perlu memperhatikan Posisi Sakelar Pemilih berada pada SKALA TEGANGAN AC (Tertera ACV) dan kemudian memperhatikan Baris skala yang berwarna Merah pada Layar Penunjuk Jarum.
  2. Selebihnya sama dengan melakukan pengukuran Tegangan DC di atas.
    Multimeter Scale
MENGUKUR ARUS LISTRIK (Ampere) DC
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
  1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
  2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0)
  3. Lakukan Kalibrasi alat ukur
  4. Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Arus DCA
  5. Pilih SKALA PENGUKURAN yang diinginkan seperti 50 Mikro, 2.5m , 25m , atau 0.25A.
  6. Pasangkan alat ukur SERI terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
  7. Baca Alat ukur (Pembacaan Alat ukur sama dengan Pembacaan  Tegangan DC diatas)
MENGUKUR NILAI TAHANAN / RESISTANSI RESISTOR (OHM)
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
  1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
  2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
  3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
  4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala OHM yang diinginkan yaitu pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k, Maksud tanda x (kali /perkalian) disini adalah setiap nilai yang terukur atau yang terbaca pada alat ukur nntinya akan di KALI kan dengan nilai Skala OHM yang dipilih oleh saklar Pemilih.
  5. Pasangkan alat ukur pada komponen yang akan di Ukur. (INGAT JANGAN PASANG ALAT UKUR OHM SAAT KOMPONEN MASIH BERTEGANGAN)
  6. Baca Alat ukur.
Cara membaca OHM METER
  1. Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah mudah.
  2. Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum Penunjuk dan kemudian mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih dengan sakelar pemilih.
  3. Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih sebelumnya dengan sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 2000 ohm atau setara dengan 2 Kohm.
Misalkan pada gambar berikut terbaca nilai tahanan suatu Resistor:
Multimeter Scale
Kemudian saklar pemilih menunjukkan perkalian skala yaitu x 10k maka nilai resistansi tahanan / resistor tersebut adalah:
Nilai yang di tunjuk jarum   = 26
Skala pengali                           = 10 k
Maka nilai resitansinya       = 26 x 10 k
= 260 k = 260.000 Ohm.
www.ahmadfahrudintkr3.blogspot.com

Cara menggunakan alat ukur Micrometer

Cara menggunakan alat ukur Micrometer 


Dunia otomotif erat sekali kaitannya dengan pengukuran, karena setiap komponen membutuhkan kepresisian dengan tingkat yang tinggi, bahkan dengan tingkat micro. Oleh karena itu seorang mekanik harus tahu cara penggunaan alat ukur dengan tingkat kepresisian tinggi seperti contohnya Micrometer.
Nah…dalam artikel ini saya akan menjelaskan cara penggunaan dari micrometer tersebut. Berikut tahapannya :
1. Penyesuaian nol
Sebelum menggunakan mikrometer, periksa untuk memastikan bahwa ujung nol disejajarkan dengan benar.
2. Pemeriksaan
Pada mikrometer berukuran 50~75mm seperti terlihat pada gambar, letakkan pengukur standar 50mm pada pembukaan, dan biarkan racher stopper untuk bergerak secara bebas sebanyak 2 sampai 3 putaran. Kemudian, periksa bahwa garis dasar pada thimbel dan garis ujung nol pada dengan garis outer sleeve sejajar.
Gambar
3. Penyetelan
  • Bila kesalahan kurang dari 0.02 mm
Kuncilah Spindle dengan lock clamp untuk mengamankan Spindle. Kemudian dengan memakai penyetel putarlah outer sleeve sampai tanda “O” thimble lurus dengan garis dengan garis outer sleeve. periksa kembali titik “O” untuk meyakinkan bahwa micrometer telah dikalibrasi dengan benar
  • Bila kesalahan lebih dari 0.02 mm
Kuncilah Spindle dengan lock clamp untuk mengamankan Spindle. Kendorkan Stopper sampai thimble bebas, Luruskan tanda nol thimble dengan garis outer sleeve dan kencangkan kembali racher stopper, periksa kembali titik “O” untuk meyakinkan bahwa micrometer telah dikalibrasi dengan benar.

Berikan landasan pada item yang akan diukur, dan putar Thimbel sampai Spindle menyentuh item dengan lembut.
Setelah Spindle menyentuh dengan lembut item yang hendak diukur, putar racher stopper beberapa kali dan baca pengukuran.
Racher Stopper menyatukan tekanan yang diberikan oleh spindle, sehingga saat tekanan ini melampaui tingkat spesifikasi, maka tekanan akan berhenti.
Gambar
Contoh pembacaan skala micrometer
Skala pada Outer Sleeve (Atas) = 55,00 mm
Kenaikan / Skala pada Outer Sleeve (bawah)  = 0,5 mm
Skala Thimble = 0,45 mm
Hasil pengukuran 55+0,5+0,45 = 55,95 mm
Gambar
PERHATIAN:
Mikrometer harus dipasang pada stand saat mengukur part-part kecil.
Cari posisi dimana diameter yang benar dapat diukur, dengan cara menggerakkan mikrometer.
Demikian penjelasan singkat saya mengenai cara penggunaan Micrometer, semoga bermanfaat.
Silahkan berikan saran dan komentarnya untuk perkembangan dan kemajuan blog ini.
www.ahmadfahrudintkr3.blogspot.com
 

Cara Mengukur Menggunakan Jangka Sorong (Vernier Caliper)

Cara Mengukur Menggunakan Jangka Sorong (Vernier Caliper)

Cara Mengukur Menggunakan Jangka Sorong (Vernier Caliper) -Jangka sorong (Vernier Caliper) adalah instrumen presisi yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi benda bagian dalam dan luar, ditinjau dari cara pembacaannya vernier caliper dapat di bagi dua, yaitu vernier caliper manual, dan digital. Pengukuran menggunakan vernier caliper manual lebih sulit bila dibandingkan dengan yang digital, karena hasil pengukuran diinterpretasi dari skala oleh pengguna, sedangkan hasil pengukuran menggunakan yang digital dapat dibaca langsung pada layar LCD. Versi manual memiliki dua skala imperial (skala dalam inci) dan metrik (skala dalam milimeter). Vernier manual masih bisa dibeli dan tetap populer karena jauh lebih murah daripada versi digital. Juga, versi digital membutuhkan baterai kecil sedangkan versi manual tidak membutuhkan sumber listrik.

Bagian utama vernier caliper manual

Bagian utama vernier caliper manual

Nama Bagian Dan Fungsi Jangka Sorong (Vernier Caliper)

  1. Internal jaws (rahang dalam) adalah : bagian yang berfungsi untuk mengukur dimensi bagian dalam.
  2. External Jaws (rahang luar) adalah : bagian yang berfungsi untuk mengukur dimensi luar.
  3. Locking Screw (baut pengunci) : bagian yang berfungsi untuk pengunci rahang.
  4. Imperial Scale adalah : Skala dalam satuan inci.
  5. Metric Scale adalah : Skala dalam satuan milimeter.
  6. Depth Measuring Blade adalah : Batang pengukur kedalaman.

Menentukan Ketelitian Jangka Sorong Manual

A. Jangka Sorong dengan Ketelitian o,o2 mm

Jangka Sorong Ketelitian o,o2 mm

Jangka Sorong dengan Ketelitian 0,02

  • Pada gambar di atas terbaca 49 Skala Utama = 50 Skala Nonius
  • Besarnya 1 skala nonius = 1/50 x 49 Skala Utama = 0,98 Skala Utama
  • Maka Ketelitian dari jangka sorong tersebut adalah = 1 – 0,98 = 0,02 mm
  • Atau Ketelitian jangka sorong itu adalah 1 bagian Skala utama dibagi jumlah skala nonius = 1/50 = 0,02 mm

B. Jangka Sorong dengan Ketelitian o,o5 mm

Jangka Sorong Ketelitian o,o5 mm

Jangka Sorong dengan Ketelitian 0,05

  1. Dari gambar di atas 39 Skala Utama = 20 Skala Nonius
  2. Jadi besarnya 1 skala nonius = 1/20 x 39 Skala Utama =  1,95 Skala Utama
  3. Maka Ketelitian dari jangka sorong tersebut adalah = 2 – 1,95 = 0,05 mm
  4. Atau Ketelitian  jangka sorong itu adalah 1 bagian Skala utama dibagi jumlah skala nonius = 1/20 = 0,05 mm

Cara Menghitung Dan Membaca Jangka Sorong

Cara Menghitung Dan Membaca Jangka Sorong
  1. Lihat dimana letak divisi 0 (nol) skala nonius pada divisi skala utama, pada gambar di atas divisi 0 skala nonius terletak antara divisi 13 mm dengan 14 mm, maka pembacaannya adalah 13 mm.
  2. Lihat dimana letak divisi skala nonius yang segaris dengan divisi skala utama, pada gambar di atas adalah divisi 21 skala nonius segaris dengan divisi skala utama..
  3. Maka pembacaan hasil pengukurannya adalah 13 + 21 x 0,02 (ketelitian dari jangka sorong) = 13,42 mm.

Membaca Hasil Pengukuran Jangka Sorong

  1. Divisi 0 skala nonius terletak antara divisi 19 mm dengan 20 mm, maka pembacaannya adalah 19 mm.
  2. Divisi 32 skala nonius segaris dengan divisi skala utama.
  3. Maka pembacaan hasil pengukurannya adalah 19 + 32 x 0,02 = 19,64 mm
http://www.youtube.com/watch?v=qXtE07tbK8s&feature=player_embedded

AC MOBIL

SISTEM AC PADA MOBIL

Pengertian AC

 Air Conditioner Merupakan sebuah alat yang mampu mengkondisikan udara. Dengan kata lain, AC Berfungsi Sebagai Penyejuk Udara yang diinginkan ( sejuk atau dingin ) dan nyaman bagi tubuh. Ac Lebih Banyak digunakan di wilayah yang beriklim tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi (panas).

Cara Kerja AC Mobil


 
Cara Kerja AC
AC mobil terdiri dari beberapa bagian yang cara kerjanya saling berhubungan satu dengan yang lainnya, adapun bagian-bagian Ac tersebut adalah sebagai berikut :

1. Compresor
2. Condensor.
3. Filter Dryer.
4. Katup expansi.
5. Evaporator.
1. Compresor.
Compresor adalah jantung dari system peredaran AC mobil dan tugas compresor adalah untuk menjalankan freon ke seluruh bagian AC mobil serta menghisapnya kembali. Pada bagian ini compresor memiliki 2 fungsi yakni memberikan tekanan dan menghisapnya kembali tekanan yang telah diberikan dari saluran tekan.
Jika compresor sudah lemah maka udara yang keluar dari AC akan terasa kurang dingin, dan itu akan dapat dilihat dari alat bantu untuk melihat tekanan pada AC (manometer).
Jika compresor masih baik atau masih layak pakai maka tekanan pada manometer untuk hisap berkisar antara angka 25-35PSi, dan pada bagian tekan berkisar antara angka 200-250PSi. Adapun compresor yang saat ini beredar di pasaran tanah air terdapat 2 merk ternama yaitu Denso (ND), dan Sanden (SD).
2. Condensor
Condensor adalah bagian dari system sirkulasi AC mobil setelah compressor, bagian ini berfungsi untuk mendinginkan freon yang akan dialirkan kedalam evaporator, dan prinsip kerja condensor ini adalah menghisap dingin untuk mengeluarkan panas, maka bagian condensor ini jika disentuh dengan tangan akan teras panas.
Pada bagian condensor ini freon yang tadinya berbentuk uap dan ditekan oleh compresor akan berubah menjadi cair. ini disebabkan karena freon mengalami proses kondensasi atau pendinginan.
3. Filter Dryer
Setelah condensor, freon akan melalui tahap penyaringan sekaligus pengeringan dari uap air, untuk tugas ini alat yang berfungsi adalah filter dryer. Filter dryer ini bagian yang cukup penting dalam system sirkulasi pada AC mobil,
karena alat ini berfungsi menyaring semua kotoran yang ada pada system, oleh karena itu disarankan untuk mengganti filter dryer pada saat kendaraan anda mencapaijaarak tempuh 20.000 km.
Apa yang akan terjadi jika filter dryer tidak diganti pada waktunya?
Jika filter dryer sudah usang dan sudah terlalu banyak menampung kotoran, maka alat ini menjadi tidak berfungsi lagi sehingga seluru sistim sirkulasi akan dipenuhi oleh kotoran, sehingga akan mengakibatkan kerusakan pada compressor. waduh padahal compressor itu kan mahal……tapi jangan khawatir di pasaran ada bengkel AC yang menyediakan Compressor rekondisi/second, tapi anda harus hati-hati jangan mudah percaya pada penawaran bengkel-bengkel yang anda belum ketahui benar reputasinya…kecuali jika bengkel memberikan Garansi!!
4. Katup Expansi
Alat ini berfungsi untuk merubah freon dari bentuk cair menjadi gas, umumnya jarang sekali ditemukan kerusakan pada alat ini, dan apabila terjadi kerusakan sudah dapat dipastikan bahwa ini disebabkan karena Filter Dryer sudah tidak berfungsi lagi alias usang.
Katup expansi pada umumnya memiliki 2 bentuk, yakni kotak/persegi dan satunya menyerupai bentuk siku.
Untuk Expansi yang berbentu kotak/persegi pada umumnya lebih pendek usiapakainya, ini disebabkan pada bentuk ini tidak terdapat sensor sehingga jumlah Freon yang masuk kedalam evaporator tidak terkontrol.
Untuk Expansi yang berbentu siku pada umumnya memiliki usia pakai lebih panjang jika tidak tersumbat kotoran, itu disebabkan karena pada Expansi jenis ini memiliki sensor pada bagian belakang untuk mengatur jumlah banyaknya freon yang akan masuk ke Evaporator, sehingga dapat mencegah terjadinya pembekuan.
5. Evaporator
Evaporator adalah bagian pada Ac mobil yang berfungsi untuk mengeluarkan hawa sejuk ke dalam kabin mobil.

Prinsip kerja evaporator adalah menyerap hawa panas untuk mengeluarkan hawa dingin, atau kebalikan dari fungsi condenser. Jumlah panas yang diserap oleh evaporator harus sama dengan jumlah hawa dingin yang diserap oleg condenser.
Jika tidak terjadi keseimbangan itu maka system AC mobil anda akan terasa kurang maksimal.
Pada umumnya evaporator dibersihkan dalam jangka waktu 1 tahun atau 20.000 km
dan disertai dengan penggantian Filter Dryer.
Apa yang terjadi jika evaporator tidak dibersihkan pada waktunya?
Berikut ini adalah gejala akibat evaporator yang tidak terawat dengan baik :
1. Hembusan angin dari AC ke dalam kabin akan terasa kecil.
2. Tercium bau yang kurang sedap saat pertama kali AC dihidupkan.
3. Terjadi pembekuan pada Evaporator.
4. Selang-selang pada bagian evaporator mengalami keropos.
Komponen Pendukung AC Diantaranya :
 
1.Strainer Atau Saringan
Strainer atau saringan berfungsi menyaring kotoran yang terbawa oleh refrigeran di dalam sistem AC, Kotoran yang lolos dari saringan karena strainer rusak dapat menyebabkan penyumbatan pipa kapiler. Akibatnya, sirkulasi refrigeran menjadi terganggung. biasanya, kotoran yang menjadi penyumbat sistem pendingn, seperti karat dan serpihan logam.
2. Accumulator
Accumulator berfungsi sebagai penampung sementara refrigeran cair bertemperatur rendah dan campuran minyak pelumas evaporator. Selain itu, accumulator berfungsi mengatur sirkulasi aliran bahan refrigeran agar bisa keluar-masuk melalui saluran isap kompresor. Untuk mencegah agar refrigeran cair tidak mengalir ke kompresor, accumulator mengkondisikan wujud refrigeran tetap dalam wujud gas. Sebab, ketika wujud refrigeran berbentuk gas akan lebih mudah masuk ke dalam kompresor dan tidak merusak bagian dalam kompresor.
3. Minyak Pelumas Kompresor
Minyak pelumas atau oli kompresor pada sistem AC berguna untuk melumasi bagian-bagian kompresor agar tidak cepat aus karena gesekan. Selain itu, minyak pelumas berfungsi meredam panas di bagian-bagian kompresor. Sebagian kecil dari oli kompresor bercampur dengan refrigeran, kemudian ikut bersirkulasi di dalam sistem pendingin melewati kondensor dan evaporator. Oleh sebab itu, oli kompresor harus memiliki persyaratan khusus, yaitu bersifat melumasi, tahan terhadap temperatur kompresor yang tinggi, memiliki titik beku yang renndah, dan tidak menimbulkan efek negatif pada sifat refrigeran serta komponen AC yang dilewatinya.
4. Kipas ( Fan atau Blower )
Pada komponen AC, Blower terletak di bagian indoor yang berfungsi menghembuskan udara dingin yang di hasilkan evaporator. Fan atau kipas terletak pada bagian outdoor yang berfungsi mendinginkan refrigeran pada kondensor serta untuk membantu pelepasan panas pada kondensor
Komponen Kelistrikan Pada AC :
1. Thermistor
Thermistor adalah alat pengatur temperatur. Dengan begitu, thermistor mampu mengatur kerja kompresor secara otomatis berdasarkan perubahan temperatur. Biasanya, termistor dipasang di bagian evaporator. Thermistor dibuat dari bahan semikonduktro yang dibuat dalam beberapa bentuk, seperti piringan, batangan, atau butiran, tergantung dari pabrikan AC. Pada thermistor berbentuk butiran, memiliki diameter (kira-kira 3-5 mm). Kemudian, beberapa butir thermistor tersebut dibungkus dengan kapsul yang terbuat dari bahan gelas (kapsul kaca). Selanjutnya, kapsul kaca dipasangi dua buah kaki terminal (pin). Karena ukurannya sangat kecil, thermistor berbentuk butiran mampu memberikan reaksi yang sangat cepat terhadap perubahan temperatur. Thermistor dirancang agar memiliki tahanan yang nilainya semaking mengecil ketika temperatur bertambah. Pada Unit AC, ada dua jenis thermistor, yaitu thermistor temperatur ruangan dan thermistor pipa evaporator. Thermistor temperatur ruangan berfungsi menerima respon perubahan temperatur dan hembusan evaporator. Thermistor pipa berfungsi menerima perubahan temperatur pada pipa evaporator.
2.PCB Kontrol
PCB Kontrol merupakan alat mengatur kerja keseluruhan Unit AC. Jika di analogika, fungsi PCB kontrol menyerupai fungsi otak manusia. Di dalam komponen PCB Kontrol terdiri dari bermacam-macam alat elektronik, sperti thermistor,sensor,kapasitor,IC,trafo,fuse,saklar,relay , dan alat elektronik lainnya. Fungsinya pun beragam, mulai dari mengontrol kecepatan blower indoor, pergerakan swing, mengatur temperatur, lama pengoperasian(timer), sampai menyalakan atau menonaktifkan AC.
3. Kapasitor
Kapasitor merupakan alat elektronik yang berfungsi sebagai penyimpanan muatan listrik sementara. Dikatakan sementara, kapasitor akan melepaskan semua muatan listrik yang terkandung secara tiba-tiba dalam waktu yang sangat singkat. Besarnya muatan yang bisa ditampung tergantung dari kapasitas kapasitor. Satuan dari kapasitas kapasitor adalah Farad (F). Biasanya, Kapasitor difungsikan sebagai penggerak kompresor pertama kali atau starting kapasitor. Dengan bantuan starting kapasitor, hanya dibutuhkan waktu sepersekian detik atau sangat singkat untuk membuat motor kompresor berputar pada kecepatan penuh. Lama atau singkatnya waktu yang dibutuhkan tergantung dari jumlah muatan listrik yang tersimpan pada kapasitor. Setelah motor kompresor mencapai putaran penuh, secara otomatis hubungan listrik pada kapasitor akan dilepas, dan digantikan dengan hubungan langsung dari PLN. Kapasitor akan mengisi kembali muatan dan akan digunakan kembali sewaktu-waktu pada saat menyalakn kompresor lagi. Pada unit AC, biasanya terdapat dua starting kapasitor, yaitu sebagai penggerak kompresor dan motor kipas (fan). pada kompresor AC bertenaga 0.5 – 2 PK memiliki start kapasitor berukuran 15-50 nF. Pada motor kipas (fan indoor atau outdoor) memiliki start kapasitor berukuran 1-4 nF.
3.Overload Motor Protector (OMP)
Overload Motor Protector(OMP) merupakan alat pengaman motor listrik kompresor (biasanya terdapat pada jenis kompresor hermetik). Kerja OMP dikendalikan oleh sensor panas yang terbuat dari campuran bahan logam dan bukan logam (bimetal). Batang bimetal inilah yang membuka dan menutup arus listrik secara otomatis ke motor listrik. Ketika bimetal dilewati arus listrik tinggi secara terus menerus atau kondisi kompresor yang terlalu panas, bimetal akan membuka sehingga arus listrik menuju kompresor akan putus. Begitu juga sebaliknya. Ketika suhu kompresor turun, bimetal akan menutup, arus listik akan mengalir menuju kompresor sehingga kompresor akan kembali bekerja. Penempatan OMP pada kompresor hermetik ada dua macam, yaitu external OMP (diletakan di luar body kompresor) dan internal OMP(diletakan di dalam kompresor). Biasanya,External OMP digunakan untuk mesin compresor AC yang tidak terlalu besar(0,5-1 PK), sedangkan internal OMP banyak terdapat pada mesin kompresor AC yang besar(1,5-2 PK).

5. Motor Listrik
Motor Listrik berfungsi untuk menggerakan kipas (outdoor) dan Blower (indoor). Bentuk dan ukuran motor listrik indoor dan outdoor berbeda. Untuk membantu memaksimalkan putaran, baik pada motor listrik indoor maupun outdoor, dibutuhkan start kapasitor yang berfungsi menggerakan motor listrik pertama kali sampai mencapai putaran penuh. Selanjutnya, fungsi start capasitor akan digantikan oleh arus listrik PLN untuk memutar kedua motor listrik tersebut.
Blower Motor
6. Motor Kompresor
Motor Kompresor berfungsi menggerakan mesin kompressor. Ketika Motor bekerja, kompresor akan berfungsi sebagai sirkulator bahan pendingin menuju ke seluruh bagian sistem pendingin. Umumnya, motor kompresor dikemas menjadi satu unti dengan kompresornya. Serupa dengan motor kipas, untuk start awal motor kompresor juga menggunakan bantuan start kapasitor.
www.ahmadfahrudintkr3.blogspot.com

Senin, 08 April 2013

spesifikasi ban

embaca Jenis Kode Ukuran Ban Mobil

memilih ban mobil
  - Dewasa ini menjadi semakin rumit, beberapa pemilik mobil bahkan tidak memahami dengan seksama mengenai spesifikasi ban yang dia pakai. Berikut akan membahas tentang spesifikasi ban mobil, jenis, kode, beban maksimal dan modifikasi ban yang sesuai untuk tipe kendaraan.
Ban mobil secara umum digolongkan menjadi 3 jenis yakni ban bias, ban radial dan ban tanpa tube.
Perbedaan ban bias dan ban radial adalah pada belt dan breaker yang digunakan di dalam lapisan dalam karet ban, untuk ban bias belt dan breaker yang digunakan berbahan benang/ tekstil sedangkan pada ban radial belt dan breaker yang digunakan berbahan kawat, perbedaan ini sangat berdampak pada kemampuan redam benturan pada ban yang mana radial memiliki kemampuan meredam benturan yang lebih baik daripada ban bias. Ban tanpa tube atau ban tubeless merupakan ban yang tidak memerlukan ban dalam, ban ini yang paling rumit kontruksinya.
Melihat Segi Tiga TWI pada Ban
tahun pembuatan ban
Indikator/ kode segi tiga TWI pada ban merupakan batasan ketebalan minimum ban, sehingga jika ban telah digunakan dan menipis sampai menyentuh batas TWI maka ban ini harus segera diganti, penundaan penggantian ban dalam kondisi ini akan mengakibatkan hal yang fatal misalnya ban pecah dan bocor.
Membaca Tahun Pembuatan Ban
Tahun pembuatan ban mobil merupakan hal penting yang harus diperhatikan saat kita memilih ban mobil, ban mobil yang terlalu lama di toko akan mengalami penurunan kualitas dimana elastisitas karet ban menjadi berkurang, terjadi keretakan pada karet ban, dan yang terparah ban tersebut mati atau tidak berfungsi normal. Beberapa akibat buruk ban yang terlalu lama/ tua adalah tidak mampu melekat pada jalan sebagai mana ban normal, tidak mampu membawa beban seperti ban normal, tidak mampu dipacu dengan kecepatan maksimum ban. Pemakaian Ban yang terlalu tua dapat membuat mobil menjadi tidak ideal dan yang terburuk dapat mengakibatkan kecelakaan bagi para pengguna.
Pembuatan Ban mobil dapat dilihat dari kode pembuatannya, kode ini berisi 4 digit angka misalnya pada gambar diatas (bersama terletak di bawah segi tiga TWI). Dua digit pertama kode tahun pembuatan ban mobil pada gambar diatas menunjukkan minggu ke 42 ban mobil ini dibuat sedangkan dua digit terakhir menunjukkan tahun dimana untuk gambar di atas kode 10 merupakan tahun 2010 sehingga dapat dikenali bahwa ban mobil diatas dibuat pada bulan november tahun 2010.
Mengukur Indeks Beban Ban Mobil
kode ban mobil
Ban mobil memiliki kapasitas maksimum membawa beban dalam satuan kilogram yang pemilik mobil harus memperhatikan batasan kemampuan ban membawa beban, over capacity akan menyebabkan hal yang diluar keinginan misalnya pecah atau bocor. Kemampuan membawa beban ini dapat dilihat pada kode yang tertera pada sisi ban, berikut ini kode indeks beban ban
Kode Indeks Beban
Beban Maksimum Ban (Kg)
62
265
63
272
64
280
66
300
68
315
70
335
73
365
75
387
80-89
450-580
90-100
600-800
Mengukur Kecepatan Maksimum Ban
Kode di atas harap diperhatikan, jika memiliki mobil dengan barat lebih dari 1500 Kg dengan penumpang 7 orang usahakan memakai ban dengan kode 90 ke atas atau 90-100, akan lebih mengutamakan keselamatan penumpang.
Ban mobil juga memiliki batasan kecepatan, beberapa ban tertentu tidak membolehkan ban dipacu pada kecepatan tinggi hal ini bergantung pada kualitas ban dan desain ban mobil, beberapa kode untuk mengukur kecepatan maksimum ban adalah dengan kode huruf yakni dimulai dari G sampai Y, berikut ini kode beserta kecepatan maksimumnya
Kode
Kecepatan (Km/Jam)
P
150
Q
160
R
170
S
180
T
190
H
210
V
240
W
270
Y
>300

Batas kecepatan ini harus benar-benar diperhatikan, jika sering memacu mobil dalam kecepatan tinggi diatas 120 km / jam hendaknya memakai ban dengan kode kecepatan L M N dan seterusnya
Selain kode-kode diatas ada beberapa ban yang membatasi penggunaan ban untuk mobil-mobil tertentu, misalnya ban khusus untuk mobil penumpang, mobil truck dan ban untuk cadangan, berikut ini kode ban untuk jenis mobil tertentu
P : Passenger Car atau untuk Mobil Penumpang
LT : Light Truck atau untuk Truck Ringan
ST : Special Trailer atau untuk Trailer Khusus
T : Temporary atau ban hanya untuk ban cadangan saja
Membaca Kode Ban
Sebagai contoh membaca kode ban, kami sajikan kode ban 215/65R15 89H
Analisis kode 215/65R15 89H adalah seperti di bawah ini:
* Numerik 215 merupakan lebar telapak ban, satuan milimeter. Numerik 65 merupakan aspek rasio (rasio ketebalan profil ban dengan lebar telapak ban). Angka 65 menyatakan tinggi/ tebal ban yakni 65 persen dari lebar telapak ban.
* R merupakan kode ban radial. Jika kodenya B maka ban tersebut masuk ban bias
* Numerik 15 menunjukkan diameter Velg (satuan inci)
* Numerik 89 menunjukkan indeks beban/ beban maksimal yakni 580 kilogram (kode indeks beban dapat dilihat di atas)
* Huruf H setelah angka 89 adalah kode kecepatan ban, kecepatan maksimal ban ini adalah 210 Km/ Jam (untuk kode kecepatan dapat dilihat di atas)
Di bawah ini juga kami sajikan gambar/ skema tentang membaca kode ban sepeda motor yang prinsipnya sama dengan artikel di atas
kode ban sepeda motor
yang tak kalah penting dari ulasan di atas, bahwa kita juga harus selalu peduli pada kondisi mobil kita termasuk ban, memiliki ban cadangan akan lebih baik jika terjadi sesuatu yang tidak terduga, selalu menjaga tekanan udara/ angin ban juga mengurangi resiko kerusakan ban, ban yang kempes juga sering membuat kita tidak selamat dalam perjalanan, jadi disamping hitung-hitungan teknis faktor yang lain seperti kebiasaan mengemudi kita lah yang menentukan perjalanan kita.
Demikian ulasan tentang Membaca Jenis Kode Ukuran Ban Mobil, semoga memberikan manfaat pada pembaca

sytem suspensi

Sistem Suspensi Mobil

www.ahmadfahrudintkr3.blogspot.com Suspensi mobil sering disebut sebagai kaki-kaki mobil, beberapa jenis mobil memiliki sistem suspensi yang berbeda misalnya jenis mobil niaga berbeda dengan mobil sedan atau SUV atau MPV. Selain berbeda pada tiap jenis mobil, sistem suspensi antara varian varian satu dengan yang lain misalnya untuk mobil MPV sistem suspensi antara kijang tahun 90 an berbeda dengan Innova, perbedaan ini berdampak pada kenyamanan penumpang dan kemampuan mobil meredam kejut yang ditimbulkan oleh permukaan jalan yang tidak rata. Berikut adalah ulasan detail dari suspensi mobil

SISTEM SUSPENSI
Sistem suspensi kendaraan terletak diantara bodi kendaraan dan roda-roda, dan dirancang untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan sehingga menambah kenyamanan. Komponen suspensi terdiri dari pegas, shock absorber, ball joint, stabilizer, bar, strut bar, suspension arm, bumper. Jenis suspensi dibagi menjadi 3 yakni Suspensi Independen, Rigid axle dan Special suspension dengan penggolongan pada gambar di bawah:
KOMPONEN UTAMA SUSPENSI
I. PEGAS
Pegas terbuat dari baja dan berfungsi untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan dan getaran roda-roda agar tidak ke bodi.
a. Pegas Coil
b. Pegas Daun
c. Pegas Batang Torsi

II. SHOCK ABSORBER
Shock absorber berfungsi untuk meredam oskilasi (gerakan naik-turun) pegas saat menerima kejutan dari permukaan jalan.
Cara Kerja Shock absorber.
Pada bagian dalam shock absorber telescopic terdapat cairan khusus yang disebut minyak shock absorber.
Saat Kompresi Katup terbuka, minyak dapat mengalir dengan mudah sehingga tidak terjadi peredaman.
Saat Ekspansi Katup tertutup, minyak mengalir melalui orifice (lubang kecil) sehingga terjadi peredaman.

Tipe Shock Absorber
a. Penggolongan Menurut Cara Kerja
* Shock absorber kerja tunggal (single action)
Efek meredam hanya terjadi saat ekspansi. Sebaliknya saat kompresi tidak terjadi peredaman.
* Shock absorber kerja ganda (double action)
Saat ekspansi dan kompresi selalu terjadi peredaman.
b. Penggolongan Menurut Konstruksi
* Shock absorber tipe mono tube
Dalam shock absorber terdapat satu silinder tanpa reservoir.

* Shock absorber tipe twin tube
Dalam shock absorber terdapat pressure dan outer chamber yang membatasi working chamber dan reservoir chamber.
c. Penggolongan Menurut Medium Kerja
* Shock absorber tipe hidraulis, di dalamnya terdapat minyak shock absorber sebagai media kerja.
* Shock absorber tipe gas, shock absorber tipe gas ini adalah shock absorber hidraulis yang diisi dengan gas.
Gas yang biasa digunakan adalah nitrogen, yang dijaga pada tekanan rendah 10–15 kg/cm2
atau tekanan tinggi 20–30 kg/cm2


III. BALL JOINT
Ball joint berfungsi untuk menerima beban vertikal dan lateral, juga sebagai sumbu putaran roda saat kendaraan membelok.

Pelumas Ball Joint
Pada bagian dalam ball joint terdapat gemuk untuk melumasi bagian yang bergesekan yang setiap interval tertentu harus diganti dengan tipe molibdenum disulfide lithium base. Pada tipe ball joint yang menggunakan dudukan dari resin, tidak diperlukan penggantian gemuk.

IV. STABILIZER BAR
Stabilizer bar berfungsi untuk mengurangi kemiringan kendaraan akibat gaya sentrifugal saat kendaraan membelok. Untuk suspensi depan, stabilizer bar biasanya dipasang pada ke dua lower arm melalui bantalan
karet dan linkage. Pada bagian tengah ke frame pada dua tempat melalui bushing.


Cara Kerja
Umumnya pada saat kendaraan membelok , pegas roda bagian luar (outer spring) mengembang dan pegas roda bagian dalam (inner spring) tertekan akibatnya stabilizer bar akan terpuntir karena ujung satunya bergerak ke atas dan lainnya ke bawah. Batang stabilizer cenderung menahan terhadap puntiran. Tahanan ini
berfungsi mengurangi body roll dan memelihara bodi dalam kemiringan yang aman
V. STRUT BAR
Strut bar berfungsi untuk menahan lower arm agar tidak bergerak maju-mundur, saat menerima kejutan dari jalan atau dorongan akibat terjadinya pengereman.


VI. BUMPER
Bumper berfungsi sebagai pelindung komponen-komponen suspensi saat pegas mengkerut atau mengembang di luar batas maksimum.


TIPE DAN KARAKTERISTIK SUSPENSI
I.  SUSPENSI  RIGID
Pada suspensi rigid roda kiri dan kanan dihubungkan oleh satu poros (axle) dan banyak digunakan pada suspensi depan dan belakang kendaraan niaga (truck) juga suspensi belakang mobil penumpang. Hal ini karena konstruksinya kuat dan sederhana.


II. SUSPENSI INDEPENDENT
Pada suspensi independent roda kiri dan kanan tidak dihubungkan oleh satu poros (axle) Kedua roda dapat bergerak secara bebas tanpa saling mempengaruhi. Digunakan pada suspensi depan mobil penumpang dan truck kecil juga suspensi belakang mobil penumpang.


SISTEM SUSPENSI DEPAN
I. TIPE MACPHERSON STRUT

II. TIPE MACPHERSON DENGAN LOWER ARM BERBENTUK L
III. TIPE DOUBLE WISHBONE DENGAN PEGAS COIL
IV. TIPE DOUBLE WISHBONE DENGAN BATANG TORSI


V. PEGAS DAUN PARALEL (PARALLEL LEAF SPRING)
* Under Slung Parallel Leaf Spring

* Over Slung Parallel Leaf Spring

SISTEM SUSPENSI BELAKANG
I. TIPE PEGAS DAUN PARAREL
Tipe axle yang biasa menggunakan suspensi tipe ini disebut live axle yaitu satu unit terdiri dari differential, axle shaft dan wheel hub.


Shackle berfungsi untuk mengimbangi perubahan panjang leaf spring karena beban Bushing karet berfungsi untuk menyerap getaran agar tidak pindah ke bodi.

II. TIPE SEMI-TRAILING ARM
III. TIPE STRUT DUAL-LINK
IV. TRAILING ARM DENGAN TWIST BEAM
V. PEGAS DAUN PARAREL DENGAN HELPER SPRING
VI. TIPE TRUNNION

OSKILASI DAN KENIKMATAN KENDARAAN
I. SPRUNG WEIGHT DAN UNSPRUNG WEIGHT
Sprung weight adalah berat bodi dan lain-lainnya yang ditopang oleh pegas.
Unsprung weight adalah berat roda dan komponen-komponen mobil yang tidak ditopang oleh
pegas.
Pada umumnya makin besar sprung weight dari suatu kendaraan akan menjadikan kendaraan lebih nyaman karena kemungkinan bodi untuk terguncang kecil.
II. OSKILASI SPRUNG WEIGHT
Oskilasi sprung weight terdiri dari bouncing, yawing, rolling, pitching.
* Pitching adalah oskilasi turun naik bagian depan dan belakang kendaraan terhadap titik tengah (titik berat) kendaraan dilihat dari samping kendaraan. Disebabkan oleh pegas-pegas lemah.
* Rolling terjadi saat kendaraan membelok atau melalui jalan bergelombang, salah satu pegas mengembang dan pegas lain mengkerut.
* Bouncing adalah gerakan naik-turun kendaraan secara keseluruhan, saat melalui jalan bergelombang dengan kecepatan tinggi. Disebabkan oleh pegas-pegas lemah.
* Yawing adalah gerakan bodi kendaraan ke arah kanan dan kiri terhadap titik tengah kendaraan dilihat dari atas kendaraan.
III. OSKILASI UNSPRUNG WEIGHT
* Hopping adalah gerakan ke atas ke bawah roda-roda yang biasanya terjadi pada jalan bergelombang pada kecepatan sedang dan tinggi.
* Tramping adalah gerakan oskilasi turun-naik pada arah yang berlawanan pada roda kiri dan kanan.
Tramping mudah terjadi pada suspensi tipe rigid.
* Wind up adalah gejala dimana pegas daun melintir disekeliling poros yang disebabkan moment
penggerak kendaraan.